Yogyakarta pagi itu cuaca kurang bersahabat. Maklumlah, musim hujan masih berlangsung di Bulan Januari. Namun hal tersebut tak mengurungkan niat kami untuk jalan-jalan. Kali ini Pantai Sepanjang di Desa Kemadang, Tepus, Gunungkidul menjadi tujuan kami. Saya sendiri cukup bersemangat, sebab terakhir mengunjungi di tahun 2009 yang lalu.
7 tahun
bukanlah waktu yang pendek bukan? Pasti akan banyak perubahan yang akan saya
temui. Apalagi mendengar sepak terjang Bupati Gunungkidul, Bu Badingah, yang
cukup proaktif dalam pengembangan kawasan wisata. Terutama wisata alam yang
didorong menjadi kawasan wisata produktif. Sinergi yang apik bersama Pemprov
DIY yang terus mendukung upaya pengembangan potensi wisata daerah.
Tak
pelak, kawasan-kawasan yang selama ini ‘tersembunyi’ keindahannya,
perlahan-lahan berhasil merebut hati wisatawan. Baik itu wisatawan lokal maupun
wisatawan asing. Peran serta masyarakat sekitar (dusun atau desa) dalam
menggali nilai eksotisme, tradisi, maupun budaya berhasil menciptakan destinasi
wisata baru. Kini Yogyakarta tak hanya sebatas Malioboro, Komplek Keraton
Yogyakarta, atau Prambanan.
Wisatawan
saat ini dapat memilih ratusan destinasi baru yang bertebaran di empat (4)
kabupaten lain, selain Kota Yogyakarta. Termasuk di dalamnya adalah Kabupaten
Gunungkidul yang ‘dahulu kala’ terkenal sebagai ‘kawasan mati’. Daerah tandus
nan gersang yang membuat warganya harus eksodus ke luar daerah apabila musim
kemarau menyambangi. Kini hal tersebut telah berubah hampir 180 derajat.
Pengembangan
kawasan ekowisata di beberapa tempat, membuat daerah ini bangun dari tidur
panjangnya. Hutan wisata, desa wisata, maupun pantai indah yang berjejer di
sepanjang bibir Samudera Hindia menjadi magnet yang begitu kuat. Hingga
berbondong-bondong para wisatawan mengalihkan Gunungkidul sebagai destinasi
utama wisata ke Yogyakarta. Hal ini juga tak lepas dari manfaat kemajuan
teknologi internet. Media sosial menjadi promosi efektif untuk mengenalkan
potensi wisata baru.
Bersama Yamaha NMax, Kami Datang
Rombongan turing Yamaha memecah keheningan pagi Yogya. (dokpri) |
Maka pilihan touring pagi itu bersama sahabat blogger serta vlogger se-Yogyakarta tentu menjadi sesuatu yang menarik. Yamaha Yogyakarta sebagai salah satu autorized dealer terbesar di wilayah Yogyakarta dan sekitarnya sangat berbaik hati. Menyediakan untuk saya dan mas Ken (boncengers) sebuah motor matik keluaran terbaru. Yamaha NMax yang memiliki dapur pacu 150 cc. menjadi pilihan saya. Kebetulan, pada tahun 2015 yang lalu sempat mencicipi ‘abangnya’, Yamaha TMax. Badan bongsor serta cc. yang cukup besar ternyata tak berpengaruh terhdap manuver-manuver yang saya lakukan saat test ride di Jakarta.
Pilihan
Pantai Sepanjang Gunungkidul cukup beralasan untuk turing kali ini. Medan yang
cukup ‘bersahabat’ dengan tanjakan, turunan, serta tikungan yang cukup asoy
untuk dilintasi. Kontur daerah perbukitan Kendeng Selatan menjadi medan yang
cukup ideal untuk menguji kehandalan motor Yamaha NMax yang kami kendarai. Kok
ideal?
Yups,
sebab saya membonceng Mas Ken yang bobotnya sekitar 70-an kg. Bila ditotal
dengan bobot badan saya yang 85 kg, maka beban yang harus motor matik andalan
Yamaha Indonesia itu adalah 155 kg. Sementara bobot Yamaha NMax 120-an kg.
Artinya dengan berat beban yang melebihi bobot kendaraan, tentu akan berpengaruh
terhadap akselerasinya maupun kemampuan keseluruhannya.
Namun
apa yang saya khawatirkan ternyata tidak terbukti di lapangan. Sepanjang
perjalanan Kalasan (sempat putar di jalan Ringroad Timur Yogyakarta) hingga
Pantai Sepanjang yang berlokasi di Desa Kemadang, Tanjungsari, Gunungkidul,
kami begitu menikmati perjalanan. Pun saat kami kembali dari Pantai Sepanjang
dimana hampir disepanjang jalan, kami diiringi oleh rinai hujan. Skutik Nmax
cukup dapat diandalkan untuk menempuh jarak 60-an km dari Yogya.
Isi pertalite terlibih dahulu di SPBU Kalitirto Kalasan. (dokpri) |
Berjalan
pada kecepatan rata-rata 60 hingga 70 km/jam berboncengan ternyata cukup irit
bahan bakar Pertalite yang kami pakai. Total jarak sekitar 130-an km, hanya 35
ribu rupiah uang yang saya belanjakan untuk membeli bbm. Itupun masih ada sisa
sekitar 1/3 liter saat akhir perjalanan. Belum lagi ada bbm yang tumpah, saat
saya melakukan pengisian bbm di SPBU Kalitirto Kalasan, Jl. Solo Km 11,5
(14/01, pk. 08.49 Wib). Kondisi jok yang cukup licin karena habis dicuci sempat
membuat skutik oleng.
Katakanlah
sisa bbm total adalah ½ liter, maka bbm yang terpakai selama perjalanan adalah
3,85 liter. Asumsinya adalah dengan harga pertalite per liternya Rp. 8.050,- saat
itu, maka dengan pembelian Rp. 35.000,- akan memperoleh 4,35 liter. Sehingga
biaya bbm yang dibutuhkan selama perjalanan Yogya – Pantai Sepanjang Gunungkidul,
hanya Rp. 30.992,5. saja. Jika dibuat sharing
cost (dengan pembonceng), jatuhnya tak lebih dari 16 ribu rupiah saja.
Padahal dg cc yang lumayan gede (155 cc.) untuk skutik Yamaha NMax itu lho.
Sangat murah bukan? Padahal jika menggunakan kendaraan umum dari Yogyakarta,
bisa menghabiskan biaya minimal 80-an ribu untuk satu orang sekali jalan (bus
Yogya-Wonosari, Wonosari-Tepus, plus ojek).
Masih
mau buktikan sendiri? Boleh kok. Untuk catatan, skutik Yamaha NMax yang kami
pakai adalah benar-benar standar yang dikeluarkan oleh fabrikan. Sebab sebelum
digunakan untuk test-ride, telah
dilakukan servis sesuai standar yang dikeluarkan oleh Yamaha Indonesia. Jadi
tidak ada rekayasa untuk melakukan perubahan pada mesin atau bodi.
Sementara mengapa kami harus jalan dengan kecepatan 60 – 70-an km saja? Sebab rombongan (konvoi) kami terdiri dari sekitar 24 motor Yamaha dengan berbagai varian. Sehingga kami harus selalu menjaga safety ridding. Meski tetap sedikit ngebut saat jalanan lengang. Pokoknya, kami benar-benar menikmati perjalanan kali ini. Meski saat pulangnya sempat diguyur hujan deras dan gerimis sepanjang perjalanan. Apalagi jalanan di Patuk yang sempat memakan korban saat rombongan kami melintas.
Pantai Sepanjang, Pantai Pasir Putih yang Tak
Ada Matinya
Tanjungsari ini merupakan salah satu kecamatan hasil pemekaran dari Kecamatan Tepus, dimana dulunya Desa Kemadang (termasuk Pantai Sepanjang) masuk di wilayah Kecamatan Tepus. Dengan kontur tanah yang didominasi oleh tanah kapur Pegunungan Kendeng Selatan, dapat dikatakan (dahulu) kawasan selatan Gunungkidul adalah ‘tanah yang tak menjanjikan’. Sehingga begitu mudahnya ditemui para pemuda atau pemudi yang akhirnya merantau (terutama ke Jakarta). Namun seiring inovasi yang selalu dilakukan oleh pemerintah berasama masyarakat, maka tanah yang kering dan tandus tersebut ‘disulap’ menjadi ‘tanah harapan’. Bahkan di sebagian wilayah, tanah dapat ditanami sepanjang tahun, meski saat musim kemarau.
Di sisi
yang lain, kawasan wisata yang dahulunya biasa-biasa saja. Seperti yang saya
rasakan pada era 90-an, berubah drastis pada awal dekade 2000-an. Perkembangan
teknologi informasi dan komunikasi menjadi salah satu pendorong ‘kekepoan’ para
wisatawan. Selama ini wisman maupun wislok yang banyak mengeksplor kawasan di
sekitaran Kota Yogya saja, akhirnya tertarik untuk memperoleh sensasi di
destinasi lain di area yang tidak terlalu dari jauh. Pilihan pantai keren nan
eksotik di sepanjang pantai selatan Laut Jawa akhirnya menjadi pilihan.
Lewat
media sosial maupun blog, destinasi baru wiasta baru bermunculan di Kabupaten
Gunungkidul. Kawasan wisata yang dulunya biasa-biasa saja, disulap menjadi
kawasan wisata yang luar biasa. Sebagaimana Pantai Sepanjang yang kini mulai
berganti wajah menjadi kawasan wisata yang menjanjikan. Meski akses jalan
(masuk) dari jalan raya Wonosari-Tepus menuju kawasan pantai perlu diperbaiki
secepatnya. Mengingat tingkat kunjungan yang tinggi terutama saat weekend dan
long weekend. Menjadi tidak lucu jika ada kemacetan yang diakibatkan bus
rombongan wisatawan mengalami ban ambles di akses jalan masuk. Hal ini tentu
tak boleh terjadi jika pengelola benar-benar memperhatikan kenyamanan
pengunjung.
Semburan langit biru, bukit hijau, pasir putih, dan deburan ombak yg ngangeni. (dokpri) |
Selain
Pantai Sepanjang, ada beberapa pantai lainnya di wilayah Kecamatan Tanjungsari.
Pantai tersebut meliputi Pantai Baron, Pantai Buluk, Pantai Kukup, Pantai Watu
Kodok, Pantai Drini, Pantai Ngrumput, Pantai Sarangan, dan Pantai Krakal. Wah,
cukup banyak juga pantainya ya? Oleh karena itu, ada baiknya jika mau
mengunjungi pantai-pantai tersebut harus bermalam terlebih dahulu. Apalagi
harga penginapan di desa sekitar pantai tersebut harganya cukup terjangkau. Mulai
dari 50-an hingga ratusan ribu ada.
Sebagaimana
yang rombongan turing Yamaha Indonesia area Yogyakarta kali ini. Selama 6 jam
berada di Pantai Sepanjang, waktu terasa begitu pendek, meski beragam aktivitas
yang kami lakukan. Di atas hamparan pasir putih yang amat lembut, kami bermain
berbagai macam permainan. Mulai dari yang ringan sampai yang mempertaruhkan ‘kehormatan’.
Hahahaha...
Ambles broooo..... (dokpri) |
Demikian juga yang hobi selpih gak pakai Sukaesih, pantai dan latar belakang bukit menjadi sangat pas untuk bernarsis ria. Deburan ombak yang cukup tinggi dan sepanjang mata memandang adalah hamparan pasir putih. Begitu indah dan seolah memanggil wisatawan untuk datang kembali. Tapi untuk bercerita panjang dan lebar, akan saya ceritakan pada bagian yang lain.
Yang
jelas, hari itu menjadi hari yang cukup menggembirakan sekaligus melelahkan.
Apalagi untuk saya yang baru 25 tahun ini. Hihihi... Aktivas permainan yang
cukup menguras tenaga, membuat kaki kanan sampai pegal dan linu. Membuat tukang
pijat langganan bertambah tebal dompetnya. Jiaaahh.
Terima
kasih Yamaha. Ngeeeeenggg.....
Karena semua orang bebas berpendapat, maka mohon komentar yang positif dan membangun. Jangan nyepam, plis. Kasihan yang mau komentar beneran. Matur nuwun atas pengertiannya ya.
EmoticonEmoticon