Salah satu produk Batik Pesisir milik H. Failasuf. |
Berbicara
tentang batik, maka Pekalongan tak akan tertinggal dari jejak sejarah. Meski
yang telah kita ketahui, Kerajaan Majapahit menjadi tonggak awal sejarah batik
dicatat. Berkembang terus hingga pemeritahan kerajaan Islam di Jogja dan Solo
di akhir abad ke-18. Berbagai macam dan corak batik tulis terus berkembang
dengan berbagai pakemnya. Hingga di awal abad ke-20, mulailah dikenal batik
cap.
Batik
mulai banyak digunakan di kalangan pesantren maupun pedagang muslim. Maka tak
heran, perkembangan batik cukup pesat di kota Jogja, Solo, Cirebon, dan
Pekalongan. Hal ini bias kita lihat pada film dokumenter yang diputar di Museum
Batik yang berada di Kota Pekalongan. Hingga kemudian Kota Pekalongan sebagai
pusat batik nasional lebih dikenal dengan Kota Batik.
Museum Batik Pekalongan, di sini kita bisa mengenal sejarah batik di Pekalongan. |
Batik
Pekalongan yang terkenal dengan masyarakat pesisiran dikenal dengan kondisi
sosio kulturalnya. Masyarakat yang berani, kreatif, jujur, dan ulet. Maka tak
heran batik Pekalongan cukup kaya dengan variasi motif dan warna. Bahan dasar
yang digunakanpun bervariasi. Mulai dari blacu, mori, katun, hingga kain
sutera.
Berbagai produk batik Pekalongan dr zaman dahulu hingga sekarang dipajang. |
Banyak
faktor yang mempengaruhi perkembangan batik di Pekalongan. Termasuk faktor sejarah
dan kewilayahan. Kabupaten Pekalongan yang selama ini ‘tertinggal’ dalam
mengenalkan dahsyatnya potensi batiknya, kini mulai ‘gumregah’. Salah satu sentra batik di Wiradesa sudah dikenal secara
nasional, bahkan dunia. Namun orang lebih mengenalnya dengan batik asal (Kota)
Pekalongan.
Di
bawah Bupati Pekalongan (periode 2015-2020), H. Asip Kholbihi, SH., MSi.,
greget Kabupaten Pekalongan untuk ‘menduniakan’ daerahnya. Termasuk di dalamnya
adalah potensi wisata maupun ekonomi kreatifnya yaitu kerajinan tradisional
batik.
Bumi Legenda Batik Nusantara
Bupati Pekalongan (tengah) berdialog dengan peserta APNE 2017. |
H.
Asip Kholbihi menyatakan bahwa Kabupaten Pekalongan ingin menunjukkan
eksisitensinya. Selain dengan potensi wisata alam yang saat ini dikembangkan di
wilayah Petungkriyono, batik pun tak akan ditinggalkan. Sebab dari batik ini
pula nama Pekalongan telah dikenal di saentero nusantara, bahkan dunia. Maka
tak heran pimpinan daerah lainpun datang menimba ilmu, khususnya di sentra industry
batik Wiradesa. Begitu juga para pengusaha batik nasional yang mengambil batik
Pekalongan sebagai komodite dagangannya. Demikian beliau sampaikan di depan
peserta Amazing Petung National Explore(APNE) 2017. 80 orang blogger, jurnalis, fotografer, serta pilot drone yang
hadir dari berbagai daerah, Ahad (6/8) yang lalu.
Penulis bersama H. Asip Kholbihi (tengah) dan H. Failasuf (kiri). |
Di
Pendopo sentra kerajinan Batik Pesisir milik H. Failasuf, SE., beliau juga
menyampaikan bahwa akan membawa nama Kabupaten Pekalongan sebagai Bumi Legenda Batik Nusantara. Rintisan
untuk menduniakan Kabupaten Pekalongan dengan trade mark itupun telah ditempuh
dengan membuat film dokumentasi pendek. Di dalam film ini, Sang Bupati pun ikut
bermain total. Disamping dukungan penuh dari H. Failasuf untuk mengenalkan
desain khusus khas Kabupaten Pekalongan.
Salah seorang model sedang memamerkan salah satu motif produk Batik Pesisir. |
Hal
tersebut sebagai upaya agar UNESCO dapat memberikan pengakuan secara obyektif
kepada Kabupaten Pekalongan. Apalagi setelah UNESCO telah menobatkan Batik
Indonesia sebagai warisan budaya milik dunia (world heritage) pada Oktober 2009 di Abu Dhabi. Jika Yogyakarta
telah menjadi 'World Crafts City of Batik' pada tahun 2014 yang lalu, mengapa
tidak dengan Kabupaten Pekalongan? Padahal dalam kekayaan motif, corak, warna,
serta besaran produksi tentu tak akan kalah dengan Kota Yogyakarta.
Pesan
kuat itu menjadi penyemangat daerah yang dipimpin oleh bupati yang selalu
tampil trendi dan melek teknologi ini. Tentu bukan alasan bila Bumi Legenda
Batik Nusantara menjadi pilihan nama. Sebab Petungkriyono sebagai salah satu
daerah legendaris di wilayah selatan Kabupaten Pekalongan. Situs atau
peninggalan raja Wangsa Syailendra dari abad ke-8 bertebaran di daerah
tersebut. Antara batik dan tanah legenda tersebut menjadi satu perpaduan yang
tak dapat dipisahkan. Wilayah utara kabupaten dengan batiknya. Sementara
wilayah selatan dengan tanah legendanya tersebut.
Batik Pesisir Menguatkan Eksistensi Batik Khas Kabupaten
Pekalongan
3 motif Batik Petungkriyono diluncurkan secara resmi oleh Bupati Pekalongan. |
Orang
mengenal batik pesisir sebagai salah satu corak dan motif dominan dari
masyarakat pesisir Pekalongan. Corak dan motif yang dibebaskan dari pakem-pakem
tradisional khas ningrat/kerajaan maupun etnis tertentu. Kini kita mengenal Batik Pesisir sebagai salah satu rumah
produksi batik terbesar di Kabupaten Pekalongan. Di tangan H. Falasuf, SE.,
Batik Pesisir seolah menjadi salah satu ikon penting batik di Pekalongan.
H. Failasuf mengenalkan tentang perjalanan Batik Pesisir-nya. |
Tak
heran, untuk mewujudkan niat H. Asip Kholbihi, sang owner Batik Pesisir ini
sampai mengenalkan sekaligus meluncurkan secara khusus tiga (3) motif Batik Petungkriyono. Dimana batik ini ke depannya dapat menjadi ciri
khas batik Kabupaten Pekalongan yang digunakan dalam berbagai even. Sekaligus bias
menjadi oleh-oleh atau cindera mata untuk para pelancong. Motif-motif yang
menggambarkan kekayaan hayati di kawasan wanawisata Petungkriyono. Gambar
gunung, hewan-hewan langka, serta aktivitas masyarakat Nampak dalam kain yang
dibentangkan.
Rumah Produksi Batik Pesisir dan Galeri Batik Sutra. |
Batik
Pesisir sangat layak menjadi pilihan. Dengan karyawan sekitar 300 orang dan
produksi lebih dari 1.000 lembar batik per bulan tentu kredibilitasnya cukup
diakui. Tak heran, karya-karya beliau telah melanglang-buana. Mulai dari
pejabat sekelas presiden, artis, pengusaha, hingga para pecinta batik telah
menjadi pelanggan tetapnya.
Perusahaan
yang sebelumnya telah dirintis oleh orang tua beliau bernama “Batik Kusuma Asih”.
Perusahaan yang memasok berbagai batik ke perusahaan-perusahaan terkenal. Namun
setelah di tangan H. Failasuf, pemasaran pun semakin gencar dilakukan. Termasuk
dengan cara door to door. Memasarkan
langsung kepada para konsumen. Sebagai ekonom, beliau beranggapan bahwa cara
tersebut lebih berhasil. Ditambah dengan system pemasaran yang menggunakan
berbagai media.
Salah satu karyawan sedang melakukan proses nyanting. |
Bagian quality control yang memperbaiki batik sebelum siap di tangan konsumen |
Batik cap juga diproduksi di sini. |
Keuntungan
jangka panjang itulah yang kini tengah dipetik oleh Batik Pesisir. Bagaimana
para wisatawan pun akhirnya tertarik untuk tahu secara detil proses produksi
dari awal hingga siap jual. Sebagaimana penulis saksikan para karyawan yang
sedang melakukan aktivitas produksi. Dari mereka yang mulai menyiapkan kain
yang sudah dicorek/dipola. Kemudian karyawan yang sedang nyanthing, medel (mewarnai),
merebus, hingga nglorod dan menjemur.
Duh, harta karun... |
Pakaian jadi pun tersedia di sini. |
Hal
seperti di atas tentu menjadi daya tarik tersendiri bukan?
Sementara
itu, para pengunjungpun bisa langsung membawa oleh-oleh batik tulis maupun
batik cap. Bakalan atau pakaian siap jadi tersedia di Gallery Batik Sutra yang
berada di bagian depan rumah produksi Batik Pesisir. Galeri ini buka setiap
hari, mulai jam 08.00 – 16.00. Tapi bisa buka lebih pagi atau lebih dari jam
tutup jika ada permintaan dari pengunjung sbelumnya.
Galeri yang buka setiap hari. |
Untuk
datang ke Batik Pesisir bisa ditempuh dengan kendaraan ojek onlen maupun
kendaraan carter dari terminal maupun stasiuan kereta api Pekalongan. Kendaraan
pribadi tentu lebih mudah menjangkaunya. Beralamat di Kemplong No. 231 Wiradesa
– Kab. Pekalongan. Bisa kontak di (0285) 4417202 atau nomor HP. 0815 7879 1551.
Nah, mau belanja kan?
_____________________________
Catatan: semua foto adalah koleksi pribadi.
Karena semua orang bebas berpendapat, maka mohon komentar yang positif dan membangun. Jangan nyepam, plis. Kasihan yang mau komentar beneran. Matur nuwun atas pengertiannya ya.
EmoticonEmoticon