![]() |
Persiapan defile Piala Adipura Kab. Pekalongan 2017. |
Kabupaten Pekalongan kini tengah gencar
berbenah. Di bawah kepemimpinan Bupati H. Asip Kholbihi, SH., MSi., tak ada
lagi kata malas atau ‘nanti saja’. Ketertinggalan dalam berbagai aspek
pembangunan dengan daerah tetangga, tak dapat dimaklumi lagi. Langkah cepat dan
cerdas diambil diambil penentuan kebijakan pembangunan daerah.
![]() |
Bupati dan Wakil Bupati Pekalongan bersama Piala Adipura 2017. |
Hasilnya pun kini terlihat. Salah satunya adalah keberhasilan meraih Piala Adipura dari Presiden RI. Setelah penantian panjang selama 19 tahun, akhirnya piala dalam kategori kota kecil kembali diboyong. Tentu hal tersebut bukanlah dilakukan dengan simsalabim. Kinerja seluruh jajaran Pemkab Pekalongan sekaligus dukungan masyarakat menjadi salah satu kunci utama.
![]() |
Para siswapun bersiap menyambut lewatnya rombongan defile. |
Hal ini sebagaimana penulis saksikan sendiri. Antusiasme masyarakat yang begitu menggelora, Kamis (4/8) kemarin. Sepanjang jalan mulai dari Rumah Dinas Bupati, Lapangan Gemek, dan kembali ke start, masyarakat tumpah ruah. Atraksi drumband, hadrah, hingga musik patrol disajikan oleh para siswa dan masyarakat umum. Sejak pukul dua siang mereka sudah bersiap. Meski rombongan devile Piala Adipura baru keluar dari Rumdin Bupati Pekalongan pada jam tiga sore.
![]() |
Karang tarunapun tak mau ketinggalan dg iringan musik patrolnya. |
Inilah wujud rasa gembira masyarakat, bahwa Kabupaten Pekalongan bisa. Keyakinan itu pula yang didorong kepada semua aparatur pemerintahan oleh bupati. Gayung bersambut, masyarakatpun akhirnya tumbuh rasa empati terhadap program-program yang dicanangkan oleh pemerintah. Salah satu bidang yang mulai digarap serius adalah bidang pengembangan potensi wisata lokal.
Untuk menunjukkan lebih intensnya Pemkab Pekalongan menyuarakan keberadaan Petungkriyono, diajaklah 80-an orang netizen. Harapan besar disematkan kepada peserta Amazing Petung National Explore (APNE) 2017 untuk mengabarkan kabar baik. Bahwa nun jauh di daerah selatan Kabupaten Pekalongan terdapat 'surga yang baru ditemukan'. Petungkriyono dengan beberapa puncak bukit yang menggoda, sangat patut diperhitungkan keberadaannya.
![]() |
Para peserta APNE 2017 begitu antusias menonton tarian penyambutan. |
Terbentuknya kelompok-kelompok sadar
wisata (Pokdarwis) lebih memudahkan program pengembangan pariwisata berjalan.
Mengangkat Petungkriyono sebagai ikon wisata andalan Kabupaten Pekalongan
termasuk bukan hal yang mudah. Namun kembali kepada keyakinan, niat dan
semangat serta didukung kebijakan strategis serta partisipasi masyarakat, yang
seolah tidak mungkin, bisa menjadi mungkin.
Curug
Sibedug
![]() |
2 air terjun kembar nan eksotik. |
Lokasi pertama yang berjarak sekitar
1,5 km. dari pintu gerbang Komplek Wanawisata Petungkriyono. Lokasinya berada
di Dusun Sonokembang, Desa Kayupuring. Dua (2) air terjun kembar dengan
ketinggian sekitar 20-an meter akan memanjakan mata kita. Meskipun musim
kemarau, debit air yang meluncur dari sumber di atasnya cukuplah banyak.
![]() |
Tempat yang asyik untuk pepotoan. |
![]() |
Siapapun pasti tertarik untuk mengabadikannya. |
Tempat yang masih alami justru menjadi
nilai tambah. Apalagi letaknya tepat berada di sisi barat jalan lintas Doro –
Petungkriyono. Tersedia juga warung-warung di sekitarnya yang menyajikan Kopi
Owa. Kopi dari jenis robusta inilah yang menjadi salah satu andalan masyarakat
di sini. Dinamakan Kopi Owa, sebab sebagian hasil penjualan kopi ini juga
digunakan sebagai biaya untuk konservasi hewan primate asli Indonesia yaitu Owa
Jawa (Hylobates moloch).
![]() |
Elang Jawa berusaha 'memburu' drone peserta APNE 2017. |
Ops hampir lupa. Di sini juga penulis sempat menangkap kehadiran Elang Jawa. Salah burung langka dan dilindungi. Nan gagah mengepakkan sayapnya, seolah sedang mengcapkan selamat datang kepada peserta APNE 2017. Penampakan yang jarang terjadi sebenarnya. Namun karena dengungan suara drone, dia tertarik untuk mendekati.
Jembatan
Sipingit
![]() |
Jembatan yang nampak anggun namun misterius. |
Jembatan yang dibangun pada tahun
1980-an ini cukup melegenda. Dinamakan demikian sebab erat hubungannya dengan
Kedung Sipingit. Tempat yang cukup membuat bulu kuduk berdiri, sebagaimana
cerita Heri, salah satu pengemudi Anggun Paris kepada penulis. Makanya jarang
sekali yang mejeng di tempat ini berani sendirian. Sebab asyiknya memang
rame-rame. Hehehe.
![]() |
Ingin menyeburkan diri ke belaian arus nan eksotik. |
![]() |
Riak-riak sungai Welo yang membuat glela-glelo. |
Berjarak kurang dari satu kilo meter
dari Basecamp Welo River. Oleh karena itu, sebaiknya pengunjung menyempatkan
untuk berhenti sejenak. Pemandangan sungai di bawah jembatan cukuplah ‘menggairahkan’.
Coba saja seandainya, penulis dan rombongan peserta APNE 2017 diberi waktu
lebih, pilihan mandi di sungai Welo pastilah masuk akal. Air yang jernih,
ditambah hawa dingin yang menyusup ke tulang, pasti akan member sensasi tak
terlupakan.
Welo
River
![]() |
Selamat datang di Welo Asri (River) |
![]() |
Eh, aku keren kan? |
Lanjut berikutnya. Welo River menjadi
destinasi berikutnya. Spot-spot untuk berfoto bertebaran di sini. Selain river tubing yang memang menjadi
andalan. Bila berombongan dan cukup waktu, bermain ban menyusuri sungai Welo
tentu menjadi pilihan yang mengasyikkan. Hanya dengan merogoh kocek 75
ribu/orang Anda akan ‘dininabobokkan’ oleh arus sungai Welo. Jangan khawatir,
untuk masalah keamanan Anda akan didampingi oleh tenaga profesional.
![]() |
Lutung Jawa yang lagi bergelayutan dan berkejaran. |
Jika beruntung, di sini Anda juga bisa
menangkap penampakan Lutung Jawa (Trachypithecus
auratus). Sebagaimana peruntungan yang penulis peroleh siang itu, Jumat
(5/8). Beberapa ekor Lutung Jawa Nampak tengah bermain-main. Ada sekitar 4
sampai 5 ekor yang tertangkap kamera. Sayang, hanya satu ekor saja yang Nampak jelas
di gambar penulis.
![]() |
Nah, Owa Jawa pun tak mau ketinggalan. |
Sementara, Owa Jawa pun tak mau ketinggalan ikut bermain. Hal itu sudah cukup membuktikan bahwa tanda-tanda konservasi satwa tersebut membuahkan hasil. Hal
ini pula yang menjadi daya tarik para turis maupun peneliti manca untuk datang
ke Petungkriyono. Hutan Sokokembang member ruang gerak yang baik untuk
kelesterian hidup hewan primate tersebut.
Curug
Bajing
![]() |
Gerbang menuju Curug Bajing. |
![]() |
Foto-fotoan di sini dulu, yuk... |
Nah, di curug atau air terjun inilah
biasanya menjadi salah destinasi favorit pasangan yang lagi kasmaran.
Ketinggian di atas 1300 dpl membuat hawa semriwing
menyambut kehadiran kita di sini. Indahnya
bunga-bunga yang tumbuh dan kembang di sepanjang jalan menuju curug, menambah
nganunya suasana. Pendopo pamer maupun spot-spot foto buatan dapat dimanfaatkan
oleh mereka penghobi fotografi maupun selfie. Hahaha.
![]() |
Dari kejauhanpun nampak menggoda. |
Dengan 70 meter panjang Curug Bajing, dari
sudut manapun, curug ini Nampak indah dan elegan untuk dipandang. Bagi yang
menginginkan sensasi lebih, berfoto di bawah guyuran air terjun tentu lebih cihuy. Sayang, sekali lagi sayang. Waktu
untuk penulis hadir di sini amatlah pendek. Padahal begitu banyak kisah yang
seharusnya bisa dituliskan bila waktu lebih panjang. Ah, sudahlah. Siapa tahu esok akan sua lagi. Cie…cie…
Curug
Lawe
Inilah tempat yang membuat penulis
sedih. Karena hari sudah rembang petang, gagal totallah rencana berburu spot
cantik Curug Lawe. Kisah tentang panjangnya waktu yang harus ditempuh menuju
curug ini, sudah membuat penulis keder. Maklumlah, jam menunjukkan pukul 16.45
saat sampai di gerbang masuk komplek. Padahal kata mbah-mbah yang penulis
temui, butuh waktu antara 45 menit hingga satu jam untuk sampa di sana.
![]() |
Cemara bak rangkaian tangan yang saling bergandengan. |
Sedih? Ya juga, sih. Kan saya penulis datang dari jauh. Untunglah, hiburan tarian selamat datang dari grup rampak gerak salah satu ponpes di Petungkriyono cukuplah menghibur. Bahkan penulis pun terbawa untuk melenggaklenggokkan badan mengikuti iringan musik yang cetar membahana.
Anggun
Paris
![]() |
Oh, Anggun Paris. Aku padamu lho ya. |
Jalanan yang penuh dengan perjuangan
menuju banyak destinasi wisata di Petungkriyono tentu butuh armada yang
tangguh. Di tangan para ‘pilot’ Anggun Paris (Angkutan Gunung Pariwisata)
inilah beban berat diamanatkan. Lha, kok?
![]() |
Calon 'Duta Anggun Paris' ini ya. |
Kendaraan ‘elsapek’ inilah yang akan
mengantarkan rombongan wisatawan untuk menuju puluhan tujuan wisata di
Petungkriyono. Dengan biaya sewa sekitar 500 ribuan, ‘kenyamanan’ Anda akan
dijamin. Tentu saja ke depannya berharap Pemkab Pekalongan untuk meningkatkan
sarana prasarana jalan menuju Wana Wisata Petungkriyono. Sebab mulusnya jalan,
tentu saja akan menambah mulusnya pemasukan asli daerah (PAD). Hal ini
sebagaimana disampaikan oleh Bupati Pekalongan saat melepas rombongan peserta
APNE 2017. Bahwa pembangunan fasilitas penunjang akan terus dilakukan di
Petungkriyono.
______________________________
Catatan: seluruh foto adalah dokumen pribadi.
![]() |
Menapak dengan pasti meski jalan berliku dan berbatu. |
Jalan masih banyak yang terjal, Bapak, Ibu. Tapi inilah hidup. Harus mampu diatasi dan memberikan solusi-solusi. Sebab keluh kesah tak akan memberikan arti. Menuju kejayaan sebagai tanah harapan adalah keniscayaan. Mengangkat harkat dan martabat masyarakat Kabupaten Pekalongan, menuju derajat kehidupan yang lebih baik.
______________________________
Catatan: seluruh foto adalah dokumen pribadi.
2 komentar
pasti elangnya menganggap itu drone adaah musuh, untung ga digondol ahaha
Lha, yang bengok-bengok nyuruh turun malah saya tuh, mbak In. Hehehe.
Karena semua orang bebas berpendapat, maka mohon komentar yang positif dan membangun. Jangan nyepam, plis. Kasihan yang mau komentar beneran. Matur nuwun atas pengertiannya ya.
EmoticonEmoticon