 |
Agenda yang terpampang di gerbang masuk halaman depan Istana Pakualaman. (dokpri) |
PLUT Jogja hadir dengan tujuan sebagai rumah
besar UMKM di wilayah DIY. Pemerintah yang memiliki keterbatasan SDM mengambil
langkah bijak. Untuk mengimbangi minat usaha masyarakat. Ditandai dengan
bermunculannya UMKM-UMKM. Yang merupakan salah satu indikator positif bagi
kemandirian usaha masyarakat. Direkrutlah tenaga-tenaga muda profesional
untukmendampingi para UMKM tersebut.
PLUT menjadi ajang berbagai aktivitas.
Diantaranya adalah program pendampingan, konsultasi , pelatihan, serta
aktivitas lain. Guna mendukung dan mengembangkan koperasi dan UMKM. PLUT
diharapkan dapat meningkatkan kemampuan bisnis dan para wirausahawan. Oleh
karena itu tenaga pendamping maupun konsultan berbagai dari ragam latar
belakang pendidikan. Mulai dari pendidik, pengajar, praktisi, maupun pakar IT.
 |
Beragam produk dari koperasi UMKM yang ditampilkan.(dokpri) |
Untuk menunjukkan sebagian hasil ‘tangan dingin’
PLUT Jogja.Digelarlah Grebeg Lebaran. Sebuah gelaran pameran produk
kreatif dari beragam pelaku UMKM Yogyakarta. Mulai dari produk makannan,
minuman, kerajinan tangan dari beragam bahan. Hingga produk dan inovasi
pertanian dihadirkan. Tak kurang dari 50 stan ditampilkan.
 |
Panggung hiburan juga disiapkan dengan berbagai ragam acara menarik.(dokpri) |
Tak lupa sebuah panggung hiburan disiapkan.
Acara hiburan dan talk show ditampilkan. Untuk menghibur sekaligus menambah
wawasan baru bagi pengunjung. Maupun para pemilik stan. Sebagaimana pengalaman
saya. Akhirnya tergoda untuk mencoba beragam produk yang ditampilkan.
 |
Hadir bukan untuk merusuh lho. Hahaha,,,, (dokpri) |
Bertempat di halaman Pura Pakualaman sayap
barat. Pameran berlangsung sejak Jumat, 24 Mei hingga Ahad, 26 Mei 2019.
Pameran buka setiap hari dari jam 10.00 – 17.00 WIB. Agak disayangkan, sebab
tak berlangsung sampai malam hari. Sehingga memupuskan harapan untuk bisa
icip-icip makanan dan minuman. Hahaha...
Rosaline
Bolu Thiwul
 |
Mbak Wulan dan produk andalannya. (dokpri) |
Nah, beberapa orang profil pengusaha akan saya
tampikan. Bagaimana PLUT Jogja telah menciptakan ‘aura positif’ bagi
pengembangan usahanya. Hal ini seperti yang telah dirasakan oleh Wulansari.
Perempuan yang akrab dipanggil Wulan
telahmengikuti berbagai pelatihan yang diadakan oleh PLUT. Izin usaha, Branding,
Packaging, Marketing, hingga meraih sertifikasi halal. Tak lepas dari tangan
dingin para profesional PLUT yang mendampingi dan membimbing beliau.
Tak ayal, Rosaline Bolu Thiwul cukup
mendapat tempat di hati para pelanggannya.
 |
Tampilan rasa original dan rasa pandan untuk icip-icip. (dokpri) |
Panganan ringan yang terbuat dari
bahan tepung thiwul/gaplek. Di tangan Mbak Wulan, panganan olahan dari gaplek
telah naik kasta. Produk panganan sehat yang pemanisnya dari gula Jawa. Pun
tanpa pengawet maupun pemanis buatan.
Merintis usaha sejak tahun 2016. Kini telah
memiliki 4 orang reseller yang cukup
produktif. Tak kurang dari sekitar 500 kotak diproduksi tiap bulannya. Hal ini
ditunjang pemasaran via media sosial yang cukup dirasakan dampak positifnya.
Lewat facebook dan instagram mencoba peruntungan meraih untung lewat dunia
digital.
Hal ini diimbangi dengan kreasi aneka ragam
rasa dan topping bolu thiwulnya. Tak kurang dari 5 rasa dan 4 topping. Dari
rasa original, pandan, hingga green tea. Bisa juga dikombinasikan sesuai dengan
permintaan pelanggan.
Menjawab keluhan konsumen yang siap setiap
saat. Di bulan Juni nanti, beliau akan membuka dua outlet sakaligus. Diharapkan
konsumen yang butuh mendadak untuk buah tangan. Tak akan kesulitan untuk
mendapatkannya. Maklumlah, harga yang ditawarkan cukup miring. Dibandingkan
dengan tampilan, rasa, dan packagingnya.
Dipatok dengan harga 25 ribu untukkotak kecil.
40 ribu rupiah untuk kotak besar. Cukup terjangkau bukan?
Pawon
Sentono
 |
Mbak Amalia bersama hasil karyanya yang nyam-nyam.(dokpri) |
Pengalaman sedikit berbeda dirasakan oleh Amalia Galuh
Yuniarti. Biasa dipanggil dengan Amalia. Dengan branding Pawon Sentono
berbagai ragam panganan diciptakan. Meski tak begitu ngoyo. Tak kurang omzet
perbulan masih berkisar antara 4 sd 5 juta rupiah. Itupun hampir semua
pekerjaan dilakukannya sendiri. Kecuali bila ada pesanan dalam jumlah agak
besar. Baru meminta bantuan timnya.
Mengandalkan pemasaran via media sosial.
Terutama instagram. Sejak merintis usaha di tahun 2015. Masih cukup baru ya?
 |
Saya sudah rasakan sensasi ramuan Wedang Uwuhnya. (dokpri) |
Berbagai ragam panganan dan minuman ditampilkan di
dindingnya. Diantara minuman yang ditawarkan meliputi: wedang uwuh, wedang
secang, bir plethok, kunyit asam,temulawak, kunyit putih, dan wedang jahe. Ada
satu lagi yang namanya lucu, jening. Ramua kombinasi yang merupakan kreasi
sendiri.
 |
Kebab dan cireng yang menggiurkan. Sreengg... (dokpri) |
Sementara untuk makanan juga cukup variatif.
Ada kebab, cireng, pisang lumer, otak-otak tuna, tahu tuna, serta jagung pipil
manis. Istimewanya, kebab dan kawan-kawan tadi, mampu bertahan 2 hari di suhu
ruangan. Tanpa dimasukkan kulkas atau freezzer. Padahal tanpa bahan pengawet
buatan lho.
Harga yang ditawarkan amat terjangkau. Mulai
dari harga 17 ribu hingga 25 ribu. Baik untuk minuman maupun makanannya. Ada
yang dikemas secara standar. Ada pula yang dikemas secara menarik. Tentu saja
jumlah isi dan harganya lain.
Kesemuanya itu tak lepas dari peranan PLUT
untuk membuat inovasi. Sekaligus memberi ruang untuk mengenalkan kepada publik.
Sebagaimana lewat pameran Grebeg Lebaran yang diinisiasi oleh PLUT Jogja. Ini
gratis lho pemirsa. Kurang apa coba?
Oleh karena itu,bagi koperasi maupunUMKM yang
belum gabung ke PLUT. Cepetan saja deh. Berbagai macam pelatihan peningkatan
kapasistas berwirausaha ditawarkan. Gratis. Bahkan Anda bisa berkesempatan
untuk dijadikan mitra CSR berbagai perusahaan atau BUMN.
Pheryno Leather Collection
 |
Dipilih...dipilih...dipilih....(dokpri) |
Sementara itu, Mas Pheno (baca: Peno) berkreasi
lewat kerajinan kulitnya. Lewat Pheryno Leather Collection, beberapa
kali telah mengikuti pameran di luar kota. Bahkan luar pulau. Terakhir di
Palembang. Juga pernah sekali di Malaysia dan Singapura.
Sentuhan seni dari tangannya berhasil membuat
aneka ragam kerajinan berbahan kulit sapi atau domba dan kambing. Kulit ular
pun pernah. Bila memang ada pemesan.
Pria 50-an tahun ini merintis usahanya sejak
tahun 2010-an. Berawal dari 2 orang tukang. Hingga kini memiliki 9 orang karyawan. 5 orang penjahit (halusan).
4 orang tenaga mal, gunting,dan lainnya.
Bagi beliau, tak boleh ada sedikit pun bahan
yang disisakan. 0% sampah produksi. Demikian mas Yudha, salah seorang
karyawannya menyebut. Hal ini memang nampak dari hasl produksinya. Dimana
remahan-remahan kulit, dimanfaatkan untuk gantungan kunci atau gelang.
 |
Aneka ikat pinggang dan dompet yang buat mupeng.(dokrpi) |
Harga yang dipatok juga tak terlalu tinggi.
Dibandingkan dengan mutu bahan dan hasil garapan. Plus keawetanannya tentu
saja. Untuk gantungan kunci bervariasi antara 30 – 50 ribu rupiah. Aneka sabuk
dengan harga 150 ribu rupiah. Demikian juga untuk dompet dan topi.
 |
Ah,tas ransel itu. Begitu menggoda. (dokpri) |
Harga yang sedikit eksklusif adalah tas. Bisa
mencapai hampir sejuta rupiah. Juga untuk jaket yang ditawarkan hingga 1,4
juta. Saat ini beliau belum mengotimalkan penjualan via medsos. Masih
mengandalkan show room sekaligus workshopnya di daerah Nogotirto, Gamping.
Lewat PLUT Jogja, beberapa kali pula beliau digandeng
oleh beberapa perusahaan dan BUMN.Namun sejauh ini, beliau tidak terlalu ngoyo. Mengembangkan usahanya dengan modal yang besar. Dan dari cara berhutang.
Profil lainnya sebenarnya cukup layak untuk ditampilkan. Yang 'kemonceran' usahanya cukup mentereng. Berangkat dari nol. Bahkan dari minus. Tapi daya tahan bantingnya. Membuat mereka tetap bisa bertahan. Bahkan kini sangat layak untuk diandalkan
Tabungan Emas Pegadaian
 |
Pak Hastono yang enak banget diajak diskusi. (dokpri) |
Saat bercengkerama dengan para ibu bakul. Tawa
renyah pembawa acara talk show menggoda perhatian saya. Wah,
rupanya dari PT. Pegadaian yang lagi diwawancarai. Tidak kalah dengan acara tv deh
dialognya. Enak dan renyah.
Topik yang diangkat seputar Tabungan Emas.
Salah satu program unggulan yang dimiliki salah satu BUMN ini. Cukup menarik,
karena serentetan pertanyaan dari emak-emak. Dapat dimaklumi. Urusan
per-emas-an, perempuan pasti lebih jago.
Hingga beberapa pemilik stan tertarik untuk
langsung membukanya. Membuka Tabungan Emas maksud saya. Sebab saat acara Grebeg
Lebaran ini akan diberikan bonus khusus. Yaitu berupa dihapusnya uang
pemeliharaan setahun. Besarannya 30 ribu rupiah. Ditambah cindera mata unik.
Untuk yang terakhir, kayaknya saya maruk deh. Hehehe...
Pak Hastono selaku Senior Manager Penjualan
Pegadaian Area Jogja, memberi penjelasan khusus kepada saya. Sebab saya
menanyakan tentang akad tabungan atau jual beli atas emas itu sendiri. Sebagian
ahli tafsir menyatakan bahwa menabung dengan cara mencicil itu dilarang.
 |
Luluh juga akhirnya... (dokpri) |
Namun dengan gamblang, beliau menyampaikan.
Bahwa hukum asal tabungan emas ini adalah diatur dengan cara yang syar’i.
Pegadaian konvensional ikut memasarkan produk ini. Agar masyarakat lebih mudah
untuk membeli emas.
Tentu saja disertai niat pertama kali. Bila
menabung emas ini semata-mata untuk menyimpan uang/harta. Bukan diniatkan untuk
mencari selisih jual atas pembelian awal. Sebab jika mencari selisih nilai
jual. Jatuhnya menjadi spekulasi. Inilah yang jatuhnya dilarang atau haram.
 |
Semoga disegerakan punya segini saja. Aamiin. (dokpri) |
.
Penjelasan yang cukup gamblang. Sekaligus
membuat saya tertarik untuk membukanya. Semoga yang sedikit demi sedikit ini.
Akhirnya bisa menjadi bukit. Aamiin.
 |
Kering air liur terjebak di blok stan ini. (dokpri) |
Alhamdulillah, agenda klinong-klinong di Grebeg
Lebaran ini cukup memberi manfaat. Mengetahui serunya proses kemandirian
berwirausaha. Peran serta Pemprov DIY lewat PLUT Jogja dan Dinas Koperasi UKM
DI Yogyakarta. Meski belum sempurna. Tapi telah mampu menunjukkan hasil dari
upaya pantang menyerah. Bersama-sama membangun sinergi bersama koperasi dan
UMKM.
Pun demikian perkenalan saya dengan Tabungan
Emas. Eh, Pak Hastono maksud saya. Membuka cakrawala pendapat dalam
melihat suatu permasalahan. Sekaligus cukup brilyan juga PLUT Jogja menggandeng
PT. Pegadaian di hari ke-2. Untuk membuka lapak sekaligus mengisi acara bincang
siang.
Para wirausahawan tentu bisa memanfaatka salah
satu fitur dari Pegadaian. Minimal untuk menjaga sebagian modal tanpa perlu
waswas. Sebab dalam usaha. Pasti akan ada masa pasang dan surut. Tabungan Emas
memberi solusi jangka panjang untuk memberi kenyaman itu.