![]() |
Dr. Leny Kartina, Sp.A. (kiri) menjadi moderator pada sesi pertama. |
Beruntung. Yups, satu keberuntungan kemarin saya dapatkan. Ketika
menjadi salah satu dari 5 orang bloger/netizen yang diundang oleh JADE Sanus Indonesia yang menaungi Jurnalis
Sahabat Anak (JSA). Sebuah komunitas jurnalis yang konsens terhadap isu-isu kesehatan
kekinian. Termasuk di dalamnya tentang isu Pneumonia. Bekerjasama dengan Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Jawa Timur dan Pfeizer.
Satu penyakit mematikan. Dimana diantara 3 kasus kematian bayi di
dunia. Pneumonia menjadi penyebab 2 kematian diantara. Sangat mengerikan bukan?
Bersama para pakar di bidangnya. Sekaligus pemegang regulasi tertinggi
di Jawa Timur. Selama hampir 5 jam kami berdikusi. Mengangkat tema Menebar Aksi Melawan Pneumonia. Sebuah
tema yang tidak seksi. Namun khalayak harus tahu.
![]() |
Para jurnalis dan bloger yang sangat antusias menyimak paparan para panelis. (foto dokpri) |
Penyelenggara membagi panel dalam dua (2) sesi. Sesi pertama, dr. Kohar
Hari Santosa, ApAn.KIC.KAP. (Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur),
sebagai panelis pertama. Panelis ke-dua adalah Dr. M. Athoillah Isfandiari,
dr.,M.Kes (Pakar Epidemologi FKM Unair Surabaya).
Sesi
Pertama
![]() |
dr. Kohar Hari Santoso menyampaikan paparannya. (foto dokpri) |
dr. Kohar Hari Santoso, Ap.An.
KIC.KAP, selaku Kepala Dinas Kesehatan Prov. Jawa Timur menyampaikan
paparannya. Membahas tentang Pneumonia dan Situasi Terbaru di Jawa Timur.
Beliau menyampaikan sedikit tentang sejarah serta kejadian kekinian pneumonia.
Berikut tentang rencana serta tindaklanjut kebijakan institusinya untuk
mencegah meningkatnya penderita pneumonia.
Penyampaian materi beliau cukup sistematis dan padat. Sedikit membuka
wawasan kami tentang pneumonia. Termasuk bagaimana Dinkes Prov. Jatim telah
berusaha secara optimal. Memanfaatkan jejaring kesehatan yang ada untuk lebih
menekan secara dini penderita pneumonia.
Untul diketahui, pneumonia merupakan penyakit infeksi saluran
pernafasan akut (ISPA). Menjadi penyumbang tertinggi penyebab kematian pada
bayi dan balita. Dimana 74% (92.913 kasus) adalah diderita oleh balita.
Sementara sisanya, 26% (32.910 kasus) diderita oleh mereka yang berusia 5 tahun
ke atas.
5 langkah strategi pengendalian pneumonia telah ditetapkan. Kepala
daerah menjadi pengambil kebijakan utama. Hal ini tak lepas dari era otonomi
daerah. Dimana kepala daerah cukup berpengaruh untuk menentukan skala prioritas
pekerjaan. Termasuk dalam kebijakan pencegahan penyakit pneumonia. Sebab begitu
mahalnya tindakan pengobatan jika penderita penyakit tersebut.
Menjadi negara ke-4 teratas dengan jumlah terbanyak anak-anak yang
belum diimunisasi. Hampir satu juta anak yang belum divaksinasi. Atau hanya
mendapatkan sebagian dari vaksinasi. Puluhan ribu diantaranya meninggal dunia.
Dimana penyakit tersebut sebenarnya bisa dicegah dengan cara vaksinasi. Dua
diantaranya adalah diare dan pneumonia.
Hal ini tak lepas juga dari masih terbatasnya tenaga kesehatan yang
cakap mendeteksi pneumonia. Oleh karena itu, pemerintah lewat Dinkes Prov.
Jatim berupaya memperbanyak pelatihan bagi tenaga medis dan paramedis.
Bagaimana mendeteksi pneumonia sejak dini. Sebab gejala pneumonia awal hampir
mirip dengan penyakit gangguan saluran pernafasan lainnya.
![]() |
dr. Athoillah sebagai panelis ke-2. (foto dokpri) |
Pemateri ke-2, Dr. M. Athoillah
Isfandiari, dr.,M.Kes (Pakar Epidemologi FKM Unair Surabaya) secara
spesifik membedah apa itu pneumonia. Mengusung tema Pneumonia Dan Kesehatan
Masyarakat Jawa Timur beliau menjelaskan pemetaan wilayah yang rentan terhadap
penderita pneumonia. Khususnya pada penderita anak.
Tahun 2015, Indonesia adalah 1 diantara 10 negara dengan kematian
balita tertinggi di dunia. Jumlah 147 ribu kasus kematian. 17% diantaranya
disebabkan oleh pneumonia.
Hal tersebut sangat mungkin terjadi. Sebab faktor risiko pneumonia pada
anak cukup besar. Diantara adalah usia anak, riwayat pemberian ASI, asupan
gizi, terpapar asap rokok, imunisasi lengkap, dan yang lain. Penyebab tersebut
jamak terjadi di tempat kita. Karena kesadaran terhadap perilaku hidup sehat
masih belum bagus.
Ditambah dengan prioritas tindakan pencegahan yang masih rendah.
Kecenderungan sakit baru berobat masih menjadi kebiasaan. Padahal imunisasi
menjadi salah satu tindakan preventif yang cukup ampuh. Tindakan pencegahan
bisa memangkas 1/3 dari tindakan pengobatan.
![]() |
Sesi doorstop menjadi sesi 'buruan' para jurnalis. (foto dokpri) |
Selanjutnya sesi pertama berakhir sekitar jam 10.45. Sebelum ditutup, dibuka sesi tanya jawab.
Antusiasme peserta cukup tinggi. Mengingat para bloger dan jurnalis berasal
dari daerah yang memiliki jumlah penderita pneumonia tinggi. Termasuk
Mojokerto, daerah asal saya. Hingga di depan pintu lift-pun, dr. Kohar masih
‘diberondong’ dengan banyak pertanyaan.
Sesi
Ke-dua
![]() |
Arie Rukmantara, perwakilan UNICEF di P. Jawa. (foto dokpri) |
Sekitar jam 11.00 sesi ke-dua dilanjutkan. Dua pemateri dihadirkan.
Arie Rukmantara dan Dr. Dominicus Husada. Materi yang disampaikan pun tak kalah
menarik dengan sesi pertama.
Kesempatan pertama, Arie
Rukmantara selaku Kepala Perwakilan UNICEF Pulau Jawa. Beliau memperoleh
posisi demikian, tak lepas dari latar belakang pekerjaan sebelumnya. Sebagai seorang
mantan jurnalis yang banyak bergelut dengan tema-tema kesehatan di daerah.
Didukung kemampuan penguasaan bahasa asing yang dimiliki tentu saja.
Ketika banyak jurnalis merasa bangga bila ditempatkan di kota besar.
Tidak demikian dengan Mas Arie. Penempatan di daerah justeru akhirnya lebih
membuatnya paham masalah-masalah mendasar di daerah. Isu kesehatan khususnya
merupakan tema yang jarang diangkat ke permukaan. Kecuali bila ada kasus besar.
Pengalaman bergelut dengan isu-isu kesehatan ini ternyata membawa
hikmah. Pengalaman tersebut mengantarkan beliau sebagai ‘kepanjangantangan’
UNICEF di P. Jawa. Hal ini pula yang mendorong untuk mengajak rekan-rekan
jurnalis agar lebih peduli pada isu kesehatan. Hingga sekitar 2016 yang lalu
bersama beberapa jurnalis menginisiasi terbentuknya Jurnalis Sahabat Anak
(JSA). Sehingga sangat pas ketika membawakan materi Pneumonia in Indonesia and
The World.
![]() |
dr. Domi, panelis terakhir di sesi ke-dua. (foto dokpri) |
Selanjutnya, Dr. Dr. Dominicus Husada, Sp.AK. (IDAI)
menyampaikan materi ke-2. Tema Pneumonia dan Potensi Ancamannya disampaikan
secara lugas. Pakar kesehatan anak di Surabaya ini cukup disibukkan dengan
berbagai aktivitasnya. Selain sebagai praktisi, beliau juga seorang pendidik
dan peneliti. Ada satu alasan spesifik. Mengapa beliau begitu peduli pada
penyakit pneumonia. Didasari atas ‘ketidakpedulian’ pemerintah terhadap
upaya-upaya pencegahan pencegahan penyakit.
Sentilan atas kebiajakan pemerintah pusat. Dimana lebih mengangkat isu
perpindahan ibukota. Dibandingkan bagaimana agar derajat kesehatan masyarakat menjadi
lebih baik. Termasuk di dalamnya mendukung upaya-upaya tindakan preventif
terhadap pencegahan penyakit. Khususnya pada anak-anak dan balita.
Berbagai upaya beliau lakukan agar Vaksin PCV dapat menjadi salah satu
vaksin wajib. Tidak ada jalan lain yang ‘ampuh’. Mengingat mahalnya vaksin ini.
Sehingga pemerintah wajib untuk memasukkannya sebagai salah satu paket
imunisasi lengkap. Sebab dengan demikian, pemerintah menanggung seluruh biaya
pengadaan dan pendistribusian vaksin tersebut.
![]() |
Peserta yang dapat hadiah pasti hantinya berbunga-bunga. (foto dokpri) |
Nah, sebelum acara ditutup. Pembagian doorprize juga momen yang
ditunggu oleh peserta lho. Cukup banyak hadiah yang disediakan oleh panitia.
Alhamdulillah, saya menjadi salah satu pemenangnya. Yang paling gede lagi.
![]() |
Ini kok jadi gagal fokus ya? (foto dokpri) |
Tentu saja, bagi saya kegiatan ini sebenarnya tak akan pernah berakhir.
Sebab sebagai bloger, tema kesehatan menjadi tema yang sangat menarik. Sebab siapa
sih yang tak suka sehat? Kesehatan adalah sesuatu yang amat mahal dalam
kehidupan kita. Oleh karenanya, menjadi sehat dan mengajak orang lain untuk
berperilaku hidup sehat adalah menjadi hal yang wajib.
Bila tidak kita lakukan sekarang. Mau kapan lagi?
Karena semua orang bebas berpendapat, maka mohon komentar yang positif dan membangun. Jangan nyepam, plis. Kasihan yang mau komentar beneran. Matur nuwun atas pengertiannya ya.
EmoticonEmoticon